Topics
Menjalani kehidupan dengan intoleransi laktosa bisa menjadi tantangan sehari-hari bagi banyak orang, memengaruhi pilihan makanan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Kondisi ini menghambat kemampuan tubuh untuk mencerna laktosa, yaitu sejenis gula yang biasanya ditemukan dalam susu dan produk susu.
Apa yang dimaksud dengan intoleransi laktosa?
Intoleransi laktosa adalah gangguan pencernaan yang ditandai oleh ketidakmampuan untuk mencerna laktosa, yaitu gula yang ditemukan dalam susu dan produk susu. Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan laktase, enzim yang diproduksi di dalam usus halus, yang bertugas memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa sehingga bisa diserap ke dalam aliran darah.
Ketika seseorang yang mengalami intoleransi laktosa mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa, mereka sering mengalami berbagai gejala gastrointestinal akibat laktosa yang tidak tercerna masuk ke dalam usus besar. Di sana, laktosa difermentasi oleh bakteri, sehingga menghasilkan gas dan produk sampingan lainnya.
Apakah intoleransi laktosa merupakan alergi?
Banyak orang yang keliru dan mengira bahwa intoleransi laktosa adalah alergi terhadap susu. Intoleransi laktosa bukanlah alergi, melainkan disebabkan oleh kekurangan enzim laktase di usus halus.
Apa penyebabnya?
Intoleransi laktosa biasanya terjadi ketika tubuh tidak memproduksi laktase yang cukup. Laktase adalah enzim, sejenis protein yang memfasilitasi reaksi kimia, yang biasanya diproduksi di usus halus untuk membantu mencerna laktosa.
Jenis defisiensi laktase
Kekurangan laktase menunjukkan bahwa tubuh memproduksi kadar laktase yang tidak memadai. Beberapa orang memiliki kadar enzim laktase yang lebih rendah, yang membuat mereka kesulitan untuk memecah laktosa menjadi gula yang bisa digunakan, seperti glukosa dan galaktosa. Defisiensi enzim diakibatkan oleh empat penyebab utama.
- Defisiensi laktase primer
Defisiensi laktase primer, penyebab intoleransi laktosa yang paling umum di seluruh dunia, disebabkan oleh kelainan genetik bawaan yang diturunkan dalam keluarga. Kondisi ini terjadi ketika produksi laktase menurun seiring dengan pergeseran pola makan yang mengurangi konsumsi susu dan produk susu. Biasanya, penurunan ini terjadi setelah usia dua tahun, ketika masa menyusui atau pemberian susu dalam botol telah berakhir, meskipun gejalanya mungkin tidak muncul hingga usia dewasa.
- Defisiensi laktase sekunder
Defisiensi laktase sekunder bisa terjadi akibat cedera pada lapisan usus yang disebabkan oleh berbagai infeksi, peradangan, atau penyakit lainnya. Beberapa penyebab umum defisiensi ini meliputi:
- Gastroenteritis
- Penyakit Celiac
- Penyakit Crohn
- Kolitis ulseratif
- Kemoterapi
- Antibiotik
- Defisiensi laktase kongenital
Defisiensi laktase kongenital adalah kondisi genetik langka yang memengaruhi bayi baru lahir. Kondisi ini disebabkan oleh cacat genetik bawaan yang menyebabkan bayi yang terdampak memproduksi sedikit atau tidak ada laktase sama sekali. Mutasi genetik yang menyebabkan kekurangan laktase kongenital mengikuti pola pewarisan autosomal resesif, yang berarti kedua orang tua harus membawa salinan gen yang salah untuk mewariskan kondisi tersebut kepada anak mereka.
- Defisiensi laktase tumbuh kembang
Kondisi ini terjadi pada bayi prematur yang lahir sebelum minggu ke-37 dari kehamilan, ketika usus halus bayi belum berkembang sepenuhnya, sehingga sulit untuk memecah laktosa. Namun, seiring pertumbuhan bayi, usus bayi tumbuh sempurna dan mengembangkan aktivitas laktase yang cukup agar bisa mencerna laktosa dengan baik.
Apa saja gejalanya?
Gejala intoleransi laktosa biasanya mulai terlihat dalam waktu tiga puluh menit hingga satu atau dua jam setelah mengonsumsi produk susu.
- Diare
- Kembung
- Nyeri perut
- Mual atau muntah
- Merasa terlalu kenyang
- Gas berlebih
Tingkat keparahan gejala bisa berbeda-beda, dan tidak semua orang dengan intoleransi laktosa akan mengalami semua gejala ini. Jika Anda merasa ragu atau tidak pasti, Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.
Bagaimana cara diagnosisnya?
Mendiagnosis intoleransi laktosa biasanya melibatkan kombinasi penilaian klinis dan tes khusus.
Tes napas hidrogen
Setelah mengonsumsi minuman yang kaya laktosa, Anda mengembuskan napas ke dalam alat yang mengukur jumlah hidrogen dalam napas Anda. Tingginya kadar hidrogen menunjukkan bahwa laktosa tidak dicerna dengan baik dan difermentasi oleh bakteri di usus besar, yang menunjukkan intoleransi laktosa.
Tes toleransi laktosa
Tes toleransi laktosa standar menilai seberapa baik sistem pencernaan Anda menyerap laktosa dengan mengukur kadar gula darah setelah Anda mengonsumsi cairan yang mengandung laktosa. Jika gula darah Anda tidak meningkat secara signifikan, ini mungkin mengindikasikan intoleransi laktosa.
Bagaimana cara menangani dan mengelola intoleransi laktosa?
Modifikasi diet
- Batasi makanan yang mengandung laktosa: Hindari atau kurangi konsumsi produk susu seperti susu, keju, es krim, dan yoghurt hingga 10 g per hari. Periksa label makanan untuk mengetahui kandungan laktosa, karena laktosa bisa ditemukan pada produk-produk tak terduga seperti roti, sereal, dan makanan olahan.
- Alternatif bebas laktosa: Pilihlah susu dan produk susu bebas atau rendah laktosa. Selain itu, juga ada banyak alternatif nonsusu, seperti susu almond, susu kedelai, susu oat, dan susu kelapa (santan).
- Perkenalkan produk susu secara bertahap: Beberapa orang dengan intoleransi laktosa masih bisa menoleransi sedikit laktosa. Memperkenalkan kembali produk susu secara bertahap ke dalam pola makan bisa membantu mengetahui ambang batas laktosa yang bisa Anda konsumsi tanpa menimbulkan gejala.
Diet yang seimbang
- Karena produk susu merupakan sumber utama kalsium, orang dengan intoleransi laktosa sebaiknya memastikan asupan kalsium dan vitamin D dari sumber lain atau suplemen.
- Makanan yang kaya kalsium meliputi sayuran berdaun hijau (kale dan brokoli), almond, tahu, serta makanan fortifikasi/yang diperkaya (jus jeruk dan sereal).
- Jika asupan produk susu dikurangi, pertimbangkan suplemen vitamin D untuk mendukung penyerapan kalsium dan kesehatan tulang.
Penggunaan suplemen laktase
- Suplemen enzim laktase yang dijual bebas bisa dikonsumsi untuk membantu memecah laktosa dan mengurangi gejala.
Buat janji temu di Rumah Sakit Pantai
Konsultasi dengan dokter kami jika Anda mengalami gejala intoleransi laktosa. Tim pakar yang terdiri dari Dokter Spesialis Gastroenterologi yang penuh dedikasi di Rumah Sakit Pantai tersedia untuk konsultasi dalam menyediakan perawatan dan bantuan terbaik.
Hubungi kami untuk membuat janji temu hari ini jika Anda memiliki kekhawatiran atau pertanyaan mengenai intoleransi laktosa. Kami memastikan Anda mendapatkan perawatan terbaik yang memungkinkan sesuai dengan kebutuhan Anda secara spesifik.
Rumah Sakit Pantai telah terakreditasi oleh Malaysian Society for Quality in Health (MSQH) atas komitmennya terhadap keselamatan pasien dan kualitas pelayanan.