Osteomalasia dan osteoporosis adalah kondisi yang mempengaruhi tulang Meski keduanya adalah penyakit yang menyebabkan tulang lemah, keduanya berbeda.
Mengetahui perbedaan dua kondisi ini penting untuk Anda bisa mendapatkan intervensi medis yang tepat. Kami akan membahas beberapa perbedaan utama antara dua kondisi tersebut dalam beberapa aspek.
Osteomalasia adalah kondisi yang menyebabkan tulang tak lagi mampu mengalami mineralisasi (atau mengeras) sebagaimana mestinya. Hal ini akan menyebabkan tulang menjadi "lunak" dan lemah, karena tulang akan lebih cepat rusak daripada terbentuk. Oleh karena itu, orang dengan osteomalasia memiliki tulang yang lebih mudah patah dan/atau bengkok.
Osteomalasia pada anak disebut rakitis.
Tanda dan gejala umum osteomalasia meliputi:
Osteomalasia umumnya disebabkan oleh kekurangan (defisiensi) vitamin D. Salah satu fungsi vitamin D adalah membantu tubuh menyerap kalsium yang didapat dari makanan atau suplemen. Oleh karena itu, vitamin D penting bagi kesehatan tulang, dan kekurangan vitamin D dapat menyebabkan masalah pada tulang.
Kekurangan vitamin D dapat disebabkan oleh:
Individu dengan kondisi kesehatan berikut juga mungkin memiliki masalah dalam proses penyerapan vitamin D:
Osteoporosis adalah kondisi ketika massa dan kepadatan tulang menurun. Hal ini menyebabkan perubahan pada struktur tulang dan mengurangi kualitas tulang.
Tulang manusia umumnya memiliki ruang yang menyerupai struktur sarang lebah. Ruang-ruang tersebut menjadi lebih besar pada tulang orang yang mengalami osteoporosis. Akibatnya, kekuatan tulang menurun, dan risiko fraktur tulang meningkat.
Sayangnya, osteoporosis tidak memiliki gejala tertentu. Kondisi ini bisa tak terdeteksi bertahun-tahun, dan oleh karena itu, sering disebut penyakit 'senyap.' Banyak individu dengan osteoporosis baru menyadari kondisi mereka setelah mengalami patah atau fraktur tulang.
Terlepas dari itu, terdapat beberapa gejala yang menjadi tanda bahwa Anda memiliki penyakit tulang ini:
Penyebab osteoporosis belum diketahui pasti, namun terdapat beberapa faktor risiko yang memicu kondisi ini.
Faktor risiko osteoporosis meliputi:
Selain itu, faktor genetik, gender, dan etnis juga mempengaruhi kerapuhan tulang. Bone Health and Osteoporosis Foundation melaporkan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita, dengan prevalensi lebih tinggi pada wanita Asia dan Kaukasia.
Terdapat beberapa perbedaan dalam proses diagnosis osteomalasia dan osteoporosis.
Tes darah untuk mengukur kadar vitamin D, kalsium, dan fosfor umumnya sudah cukup untuk mendiagnosis osteomalasia.
Selain itu, dokter juga dapat memeriksa kadar fosfatase alkali yang diproduksi sel-sel pembentuk tulang. Kadar fosfatase alkali umumnya lebih tinggi pada penderita osteomalasia.
Hormon paratiroid, yang merupakan tanda kekurangan vitamin D.
Anda juga dapat diminta menjalani pemeriksaan sinar-X untuk memeriksa fraktur atau retakan kecil pada tulang.
Osteoporosis sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, jadi dibutuhkan skrining berkala untuk mendeteksi kondisi ini. Skrining ini utamanya ditujukan untuk wanita berusia 65 tahun ke atas, yang memiliki faktor risiko yang disebutkan di atas.
Alat diagnosis untuk osteoporosis termasuk:
Ya, kedua kondisi ini dapat berlangsung bersamaan. Penelitian pada tahun 2014 menunjukkan bahwa 70% penderita osteomalasia memiliki kepadatan tulang yang rendah, yang dapat dikategorikan sebagai osteoporosis. Walaupun demikian, penting untuk membedakan antara osteoporosis primer dan sekunder, agar dokter dapat menyarankan pengobatan yang tepat dan efektif.
Pengobatan kedua kondisi ini juga berbeda.
Jika terdeteksi sejak dini, Anda dapat disarankan mengonsumsi suplemen vitamin D, kalsium, dan fosfat. Anda juga dapat diberikan infus vitamin D.
Jika terdapat masalah medis yang mengganggu proses penyerapan vitamin D tubuh Anda, maka kondisi tersebut perlu ditangani.
Anak penderita osteomalasia mungkin membutuhkan pembedahan jika mengalami kelainan tulang, atau harus menggunakan penyangga (braces) untuk menopang tubuh mereka dan mencegah mereka jatuh, yang dapat menyebabkan patah atau fraktur pada tulang.
Pengobatan osteoporosis bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan pengeroposan tulang dan mencegah fraktur. Pengobatan dapat meliputi:
Konsultasikan dengan terapis okupasi Anda mengenai cara mencegah Anda jatuh

Untuk mencegah osteomalasia akibat kekurangan vitamin D, Anda dapat meningkatkan asupan vitamin D dengan makanan seperti ikan berminyak, putih telur, sereal terfortifikasi, yogurt, susu, dan roti. Anda juga dapat mengonsumsi suplemen.
Namun, jika osteomalasia disebabkan oleh kondisi medis lain, Anda harus mengobati kondisi tersebut.
Untuk mengurangi risiko osteoporosis, Anda dapat:
Karena masalah tulang ini dapat membahayakan Anda jika tidak ditangani, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter jika Anda berisiko menderita osteomalasia atau osteoporosis untuk mendapat diagnosis dini yang akurat, serta rencana pengobatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan Anda.
Jika Anda atau orang terkasih Anda mengalami nyeri atau ketidaknyamanan fisik yang kemungkinan diakibatkan masalah ortopedi, hubungi kami untuk membuat janji temu dengan dokter spesialis Ortopedi di Pantai Hospital terdekat.
Pantai Hospitals telah terakreditasi oleh Malaysian Society for Quality in Health (MSQH) atas komitmennya terhadap keselamatan pasien dan kualitas pelayanan.
Bone Health and Osteoporosis Foundation (2022) What Women Need To Know, Available at https://www.bonehealthandosteoporosis.org/preventing-fractures/general-facts/what-women-need-to-know/ [Accessed 18 Feb 2022]
D.B. Morgan (1 August 1968) Osteomalacia and Osteoporosis, Available at https://pmj.bmj.com/content/postgradmedj/44/514/621.full.pdf [Accessed 18 Feb 2022]
Healthline (19 May 2021) Osteomalacia vs. Osteoporosis: What’s the Difference? Available at https://www.healthline.com/health/managing-osteoporosis/osteomalacia-vs-osteoporosis [Accessed 28 Feb 2022]
Massoud Saghafi, Azita Azarian, Kamila Hashemzadeh, Maryam Sahebari, Zahra Rezaieyazdi (4 Feb 2014) Bone densitometry in patients with osteomalacia: Is it valuable, Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3917579/ [Accessed 28 Feb 2022]